Rabu, 20 Juni 2012

Budaya Konsumerisme


Budaya Konsumerisme
Akhir tahun merupakan salah satu yang menarik terutama dalam melihat fenomena belanja yang begitu tinggi. media eletronik maupun media cetak pastinya tidak mau melewatkan kesempatan untuk memasang iklan agar konsumen tertarik untuk membeli barang yang diiklankan apalagi disertakan dengan diskon besar-besaran di toko-toko dan mall-mall. Peran media yang begitu tinggi dengan iklan yang dipoles sedemikian rupa hingga menarik mampu memudahkan memudahkan informasi mampu membuat para konsumen tergilagila untuk belanja, mengikuti kemauan pasar. Tak hanya sampai di belanja masyarakat umum pun berlombalomba membentuk dirinya sesuai dengan apa yang telah dipertontonkan oleh media massa, seperti gaya pakaian ala artis di TV.
Di sisi lain iklan seolah-olah juga mampu menawarkan berbagai solusi disetiap masalah yang dirasakan oleh masyarakat, mulai dari obat-obatan, pakaian, dan banyak lainnya padahal semua itu hanyalah Solusi-solusi yang benar tidaknya, hanyalah untuk menggapai keuntungan bagi diri pengiklan itu dengan meraup keuntungan sebesar-besarnya. Propaganda iklan melalui TV membuat masyarakat hilang kesadaran fungsi dari barang yang mereka gunakan seperti pakaian, makan, dan tempat rumah. Hari minggu, iklan anak-anak mulai dari pagi, semua diwarna oleh makanan dan minuman. Anak-anak yang kurang mampu tidak terlalu jadi soal karena hasrat yang terbangun itu hanyalah sebatas angan-angan tapi bagi yang punya atau mampu anak-anak otomatis akan jadi konsumtif betulan. Berbagai cara dan acara TV menyajikan iklan meskipun sebenarnya bukan jeda iklan, seperti Komedi, Kuis dan Reality Show, sehingga yang lebih banyak disajikan bukan acaranya tapi iklan yang menjadi intinya. TV bukan saja mampu menyajikan pakaian, makan dan tempat tinggal tetapi negara juga mampu mengiklankan diri mereka sebagai negara yang begitu besar dan kuat dengan teknologi dan para superhero mulai dari Supermen, Spiderman, Rambo dan teknologi yang mampu mengalahkan kehendak tuhan.
Kita sebut saja Amerika Serikat bagaimana tertanam dalam pikiran kita bahwa amerika adalah negara yang maju dan tak terkalahkan. Iklan yang tersebar dalam media eletronik dan cetak sering mampu memberikan solusi disetiap masalah salah satunya ketika percayaan diri berlebihan anak muda melihat kondisi tubuh mereka yang tidak sempurna selalu ada solusi yang ditawarkan seperti 'kalau kurus tidak keren iklan' ini langsuk menyentuh fisik para konsumen iklan yang diputar berkali-kali itu membawa para remaja yang merasa tubuhnya kurang bagus akan berlombalomba membeli barang tersebut agar masalah yang dialalmi konsumen bisa diselesaikan. Iklan sampo dan sabun yang diperankan oleh artis-artis cantik mencoba menawarkan kepada para kaum hawa untuk menyempurnakan penampilan mereka di depan kaum adam, bagi mereka yang tidak percaya diri mulai berlomba-lomba membeli perlengkapan mempercantik diri berharap akan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Kondisi belanja seperti itu membuat para kosumen menghabiskan anggaran hidup mereka hanya untuk melengkapi kekurangan.
kondisi masyarakat yang makin hari makin dewasa ini makin tidak bisa menahan hasrat belanja yang begitu besar, propaganda iklan sudah mulai masuk dalam alam bawah sadar manusia, ini menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat tersebut. Konsumerisme sebetulnya adalah masalah yang terletak pada hubungan sosial atau dalam logika sosial. Kita mungkin tidak sadar bahwa kita tidak hanya mengonsumsi barang, namun juga berada dalam lingkungan sosial dimana manusia saling berhubungan atau berinteraksi. Semestinya kepekaan sosial kita yang harus dikedepankan. yang makin hari makin dewasa ini makin tidak bisa menahan hasrat belanja yang begitu besar, propaganda iklan sudah mulai masuk dalam alam bawah sadar manusia, ini menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat tersebut. Konsumerisme sebetulnya masalah yang terletak pada hubungan sosial atau dalam logika sosial. Kita mungkin tidak sadar bahwa kita tidak hanya mengonsumsi barang, namun juga berada dalam lingkungan sosial dimana manusia saling berhubungan atau berinteraksi. Semestinya kepekaan sosial kita yang harus dikedepankan.

Perkembangan teknologi sekarang ini, terutama tentang gadget, telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Istilah global village pun menguak tentang perkembangan teknologi ini. Sehingga jarak dan waktu bukanlah penghalang lagi untuk orang-orang mengakses suatu informasi. Namun, sadarkah kita, perkembangan yang begitu pesat ini ternyata telah melunturkan nilai logika kita dalam mengkonsumsi suatu barang atau benda. Masalahnya, budaya konsumerisme telah berkembang dinegeri ini. Bahkan, mahasiswa yang merupakan salah satu elemen didalam masyarakat, telah terbius dan menjadi salah satu elemen konsumerisme. Memang tidak ada yang salah dari hal ini. Tapi ketika hal itu menjadi budaya dan dipaksakan karena nilai prestise didalam masyarakat maka, hal itu telah masuk kedalam ketidakrasionalan dalam mengkonsumsi suatu benda.Pasalnya, potret yang terjadi sekarang ini, masyrakat kita cenderung mengkonsumsi suatu benda dikarenakan nilai prestise yang ikut naik ketika mengkonsumsi benda tersebut. Parahnya, hal itu tidak dilihat dari kebutuhan yang diperlukan.
Masyarakat kita (Tidak semua) cenderung menggunakan benda bermerk mahal atau barang impor yang ternyata hanya mengedepankan gaya hidup. Tidak kepada nilai guna suatu barang. Alhasil, budaya berlebihan dalam mengkonsumsi barang menjadi lumrah di negeri ini. Sebut saja mahasiswa yang menggunakan BB mutahkir atau ipad tercanggih. Kegunaanya, mungkin sebatas buka jejaring sosial, BBMAN, dan semacamnya. Belum lagi penggunaan barang bermerk atau barang impor. Parahnya, banyak dari saudara-saudara kita yang berhutang atau mencicil untuk bisa menggunakan barang tersebut. Ini menjadi ironi. Karena pemikiran itu telah terjajah dengan budaya konsumerisme. Hingga akhirnya kita masih terjajah secara moral dan pemikiran oleh suatu perkembangan teknologi yang tidak dikritisi dengan baik.
Kesimpulan.
Alangkah bijak bila kita tidak menduakan nilai suatu barang dan berorientasi kepada nilai guna. Mengapa? Karena dengan adanya budaya konsumerisme didalam masyarakat, nilai benda menjadi dua fungsi. Dan berdampak kepada keuntungan semata tidak kepada pengkritisan nilai guna suatu kebutuhan. Tapi, hal ini tetap tidak mampu menahan laju konsumerisme masyarakat kita. Namun, kita bisa meminimalisir hal itu. Sehingga kita tidak terpaku dan menjadi korban konsumerisme. Dengan cara apa? Yaitu dengan cara melihat nilai kebutuhan kita terhadap suatu barang terssbut. Dan, tidak melihat sebagai tolak ukur gaya hidup yang bisa menaikan prestise seseorang dengan menggunakan barang itu. Memang tidak ada salahnya prestise itu  ada didalam masyarakat. Tapi, bila itu lebih ditonjolkan daripada nilai guna, maka sangat disayangkan pengkonsumsianya. Terlebih, barang itu dibeli hanya bertujuan sebagai naiknya status diri didalam masyarakat. semoga kita bisa mengkritisi suatu benda dengan mengedepankan nilai guna. Karena dengan begitu, kita berusaha memerdekakan diri kita dari budaya asing yang bermetamorfosis sebagai konsumerisme.
Sumber           :vanodezt.blogspot.com/2011/08/propaganda-media-menciptakan-budaya,  sosbud.kompasiana.com/2011/11/14/budaya-konsumerisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar